Di Indonesia, selain COVID-19, penyakit difteri juga masih menjadi perhatian serius. Difteri merupakan penyakit yang disebabkan oleh rendahnya tingkat imunisasi di masyarakat. Angka kejadiannya masih cukup tinggi dan menimbulkan kekhawatiran.
Berdasarkan data WHO tahun 2023, tercatat 103 kasus difteri di 68 kabupaten/kota yang tersebar di 19 provinsi di Indonesia. Yang lebih memprihatinkan, sebanyak 69 orang meninggal dunia akibat penyakit ini. Angka kematian yang tinggi ini menjadi indikator penting perlunya peningkatan upaya pencegahan dan pengendalian difteri.
Difteri disebabkan oleh bakteri gram positif, *Corynebacterium diphtheriae*, yang menghasilkan toksin berbahaya dan hanya menyerang manusia. Penularannya terjadi melalui droplet (percikan air liur) saat batuk, bersin, atau berbicara, serta penggunaan alat makan dan minum secara bersamaan. Oleh karena itu, menjaga kebersihan dan menghindari kontak erat dengan penderita sangat penting.
Gejala Difteri dan Tindakan yang Harus Dilakukan
Dinas Kesehatan DKI Jakarta melalui akun Instagram resminya, @dinkesdki, telah merilis beberapa gejala difteri yang perlu diwaspadai. Beberapa gejala tersebut antara lain:
Jika menemukan seseorang dengan gejala-gejala tersebut, segera hubungi dan periksakan ke petugas kesehatan terdekat. Penanganan dini sangat krusial untuk mencegah komplikasi serius dan kematian.
Pencegahan dan Pengendalian Difteri
Bagi petugas kesehatan dan kontak erat penderita difteri, penggunaan masker selama masa pengobatan sangat dianjurkan. Hindari kontak fisik langsung dengan penderita dan biasakan mencuci tangan dengan sabun dan air bersih secara rutin. Penderita difteri sebaiknya diisolasi di fasilitas kesehatan yang memadai untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.
Bagi yang telah terpapar, konsumsi antibiotik sesuai arahan petugas kesehatan hingga tuntas. Lakukan pengambilan swab tenggorokan untuk pemeriksaan laboratorium dan pastikan telah mendapatkan imunisasi yang lengkap. Imunisasi merupakan langkah pencegahan yang paling efektif.
Imunisasi: Kunci Pencegahan Difteri
Imunisasi merupakan strategi kunci dalam mencegah wabah difteri. Jadwal imunisasi yang tepat sangat penting untuk melindungi individu dari penyakit ini. Berikut adalah rekomendasi imunisasi berdasarkan kelompok usia:
Bayi dan Anak di Bawah Dua Tahun
Bayi dan anak-anak di bawah usia dua tahun membutuhkan imunisasi DPT-HB-Hib lengkap sesuai jadwal yang telah ditentukan. Imunisasi ini memberikan perlindungan terhadap difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, dan Haemophilus influenzae tipe b.
Anak Usia Sekolah Dasar
Anak usia sekolah dasar perlu mendapatkan imunisasi DT dan Td untuk memastikan perlindungan berkelanjutan terhadap difteri dan tetanus. Imunisasi ini diberikan sebagai booster untuk meningkatkan kekebalan tubuh.
Perempuan Usia Subur
Perempuan usia subur perlu mendapatkan imunisasi Td (tetanus-difteri) berdasarkan hasil penapisan kesehatan. Imunisasi ini penting untuk melindungi ibu hamil dan janin dari risiko tetanus dan difteri.
Dengan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya imunisasi dan menerapkan langkah-langkah pencegahan yang tepat, diharapkan angka kejadian difteri dapat ditekan dan wabah difteri dapat dihindari di Indonesia.
Informasi ini disusun untuk tujuan edukasi dan bukan sebagai pengganti konsultasi dengan tenaga medis profesional. Untuk informasi yang lebih detail dan penanganan medis, konsultasikan dengan dokter atau petugas kesehatan terdekat.