Awal Agustus 2025 menjadi kabar gembira bagi pasar keuangan Indonesia. Bank Indonesia mencatat lonjakan dana asing yang signifikan, mencapai Rp 9,24 triliun dalam periode 4-7 Agustus. Hal ini menunjukkan kepercayaan investor asing terhadap perekonomian Indonesia di tengah ketidakpastian global. Aliran modal asing ini memberikan sentimen positif bagi pasar, meskipun dinamika global masih fluktuatif.
Lonjakan terbesar investasi asing berasal dari pembelian Surat Berharga Negara (SBN), mencapai Rp 6,27 triliun. SBN tetap menjadi instrumen investasi favorit karena menawarkan imbal hasil yang menarik, terutama di tengah tren suku bunga global yang mulai stabil. Kepercayaan investor terhadap SBN menjadi penopang utama stabilitas pasar keuangan Indonesia. Hal ini menunjukkan daya tarik SBN di mata investor asing.
Selain SBN, pasar saham juga menerima aliran modal asing dengan nilai beli bersih Rp 0,64 triliun. Sementara itu, Surat Berharga Bank Indonesia (SRBI) mencatat arus masuk sebesar Rp 2,33 triliun. Meskipun terjadi peningkatan investasi di beberapa sektor, secara keseluruhan, masih ada tantangan yang perlu diatasi.
Secara akumulatif sejak awal tahun 2025, pasar saham masih mengalami tekanan dengan jual bersih mencapai Rp 61,13 triliun. Kondisi ini menunjukkan tantangan yang dihadapi pasar saham Indonesia di tengah ketidakpastian ekonomi global. Namun, SBN tetap menjadi penyangga utama dengan beli bersih Rp 58,73 triliun hingga 7 Agustus. Kondisi ini menunjukkan adanya perbedaan kinerja antara SBN dan pasar saham. SRBI juga masih mencatat jual bersih yang cukup besar, mencapai Rp 98,77 triliun.
Premi risiko Indonesia, yang tercermin dari Credit Default Swap (CDS) tenor 5 tahun, sedikit meningkat dari 73,68 bps menjadi 74,21 bps. Meskipun terjadi peningkatan, angka ini masih tergolong rendah dan menunjukkan kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia. Peningkatan ini perlu diwaspadai, namun masih dalam batas yang wajar.
Nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) sempat melemah tipis pada 8 Agustus, mencapai Rp 16.300 per USD dari penutupan sebelumnya di Rp 16.285 per USD. Pelemahan ini mencerminkan fluktuasi nilai tukar yang umum terjadi di pasar keuangan global. Yield SBN tenor 10 tahun tetap stabil di 6,44%, sementara yield US Treasury 10 tahun di pasar global naik menjadi 4,25%.
Menanggapi perkembangan ini, Bank Indonesia menyatakan komitmennya untuk terus memantau arus modal dan menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah. Koordinasi yang erat dengan pemerintah dan optimalisasi kebijakan moneter akan terus dilakukan untuk menjaga ketahanan ekonomi nasional. “Bank Indonesia akan terus memantau dengan cermat perkembangan pasar keuangan dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilitas sistem keuangan,” ungkap pernyataan resmi Bank Indonesia. Pernyataan ini menegaskan komitmen BI dalam menjaga stabilitas ekonomi.
Ke depannya, perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan daya tarik investasi di sektor selain SBN. Diversifikasi investasi asing penting untuk mengurangi ketergantungan pada SBN dan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih berkelanjutan. Pemerintah juga perlu terus meningkatkan iklim investasi yang kondusif untuk menarik lebih banyak investasi asing jangka panjang.
Komentar