Krisis global yang melanda dunia saat ini, ditandai dengan eskalasi konflik geopolitik dan lonjakan harga energi, tidak mengganggu jalannya Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Deputi Diseminasi dan Media Informasi Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO), Noudhy Valdryno. Ketahanan program ini berkat strategi pengadaan pangan lokal yang diterapkan sejak awal.
“Dari awal MBG selalu mengedepankan produk-produk yang ada di sekitar SPPG (satuan pelayanan pemenuhan gizi) yang berada di area tersebut,” tegas Noudhy dalam keterangannya di Jakarta, Minggu lalu. Kebijakan ini terbukti efektif dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global.
Bahan pangan MBG sepenuhnya berasal dari dalam negeri. Petani, nelayan, dan pelaku usaha lokal menjadi pemasok utama. Noudhy menekankan, “100 persen (disuplai nelayan dan petani lokal).” Strategi ini merupakan bentuk mitigasi risiko yang diprediksi Presiden Joko Widodo terhadap gejolak ekonomi internasional.
Strategi Pangan Lokal sebagai Benteng Ketahanan MBG
Program MBG tidak hanya terbebas dari dampak krisis global, tetapi juga berkontribusi pada swasembada pangan nasional. Dengan memanfaatkan produk lokal, program ini mendorong perekonomian daerah dan memperkuat ketahanan pangan Indonesia. Hal ini sejalan dengan prioritas pemerintah dalam pembangunan ekonomi nasional.
Lebih lanjut, Noudhy menambahkan, “Jadi saya rasa ini sudah menjadi bagian dari mitigasi dari perencanaan ketidakpastian global yang sudah diprediksi akan terjadi oleh Bapak Presiden. Kita doakan, rekan-rekan di BGN, supaya produk lokal kita semakin kuat, swasembada pangan semakin cepat tercapai, dan insya Allah tidak mengganggu program Makan Bergizi Gratis.” Pernyataan ini menegaskan komitmen pemerintah untuk menjaga keberlangsungan MBG.
Dampak Konflik Global terhadap Indonesia
Meskipun Indonesia relatif terhindar dari dampak langsung konflik, tekanan ekonomi global tetap terasa. Eskalasi konflik antara Iran dan Israel, misalnya, berpotensi memicu ketidakstabilan ekonomi global yang lebih luas. Indonesia, sebagai negara importir beberapa komoditas, rentan terhadap lonjakan harga energi dan fluktuasi nilai tukar.
Sektor industri di Indonesia sudah mulai merasakan dampaknya. Lonjakan harga energi dan logistik, serta fluktuasi nilai tukar rupiah, menciptakan tantangan bagi perusahaan-perusahaan di berbagai sektor. Pemerintah perlu terus memantau dan melakukan langkah-langkah antisipatif untuk mengurangi dampak negatif ini.
Keberhasilan Program MBG
Dalam enam bulan pelaksanaannya, MBG telah menjangkau 5.228.529 penerima manfaat melalui 1.837 unit SPPG yang beroperasi di seluruh Indonesia. Angka ini menunjukkan keberhasilan program dalam mendistribusikan makanan bergizi kepada masyarakat yang membutuhkan. Sukses ini juga didukung oleh strategi pengadaan pangan lokal yang efektif dan efisien.
Keberhasilan MBG menjadi bukti bahwa dengan strategi yang tepat, Indonesia dapat membangun ketahanan pangan dan melindungi program sosial penting, meskipun dihadapkan pada tantangan ekonomi global. Hal ini sekaligus menjadi contoh nyata bagaimana pemanfaatan potensi lokal dapat menjadi solusi efektif dalam menghadapi krisis global.
Perluasan program MBG dan peningkatan kualitasnya akan semakin meningkatkan dampak positif bagi masyarakat. Pemerintah diharapkan terus berupaya meningkatkan kualitas dan jangkauan program ini, guna memastikan akses masyarakat terhadap makanan bergizi terpenuhi secara berkelanjutan.
Tinggalkan komentar