Permasalahan lingkungan, khususnya polusi udara akibat gas rumah kaca dan transportasi, menjadi isu krusial saat ini. Salah satu solusi penting adalah penggunaan bahan bakar minyak (BBM) yang ramah lingkungan. Hal ini menjadi fokus diskusi para ahli.
Ir. Djoko Setijowarno, MT., pengamat transportasi dari Unika Soegijapranata dan Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), menekankan perlunya alternatif BBM. Pasalnya, bahan bakar fosil akan semakin menipis. Biofuel menjadi salah satu solusi yang layak dipertimbangkan.
Djoko menambahkan bahwa polusi udara dari sektor transportasi di Indonesia masih sangat tinggi. Oleh karena itu, transisi ke BBM ramah lingkungan seperti biofuel sangat mendesak. Upaya ini perlu segera dilakukan agar Indonesia tidak tertinggal dari tren global.
Tantangan dan Potensi Biofuel di Indonesia
Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan biofuel. Luas lahan pertanian yang subur memungkinkan budidaya tanaman penghasil biofuel dalam skala besar. Namun, tantangan tetap ada, termasuk efisiensi produksi dan infrastruktur pendukung.
Prof. Dr. Dwi Widjanarko, SPd., ST., MT., Dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang (Unnes), menyatakan bahwa peralihan dari bahan bakar fosil ke biofuel sudah seharusnya dilakukan. Cadangan bahan bakar fosil yang semakin menipis mengharuskan pencarian alternatif.
Biofuel, menurut Prof. Dwi, terbagi menjadi dua jenis utama: biofuel untuk mesin diesel (pengganti solar) dan biofuel untuk mesin bensin. Keduanya menawarkan keunggulan dalam hal ramah lingkungan karena dapat mengurangi emisi karbon.
Keunggulan Biofuel dari Perspektif Kimia
Bahan bakar fosil terutama terdiri dari karbon (C) dan hidrogen (H). Proses pembakarannya membutuhkan oksigen sebagai oksidator. Biofuel, misalnya biodiesel, mengandung unsur C, H, dan O (oksigen).
Keberadaan oksigen dalam struktur kimia biofuel membantu proses pembakaran menjadi lebih sempurna. Hasilnya, gas buang yang dihasilkan lebih bersih dibandingkan dengan pembakaran bahan bakar fosil. Ini merupakan keunggulan signifikan biofuel.
Sumber Daya dan Proses Produksi Biofuel
Tebu merupakan salah satu tanaman yang berpotensi besar untuk diolah menjadi biofuel, khususnya untuk mesin bensin. Potensi lahan yang luas di Indonesia menjadi keuntungan. Selain tebu, tanaman lain seperti singkong dan bahkan enceng gondok juga dapat diproses menjadi biofuel, meski dengan proses yang berbeda.
Untuk biodiesel, minyak sawit, minyak kelapa, dan bahkan minyak jelantah dapat dikonversi. Uji coba laboratorium menunjukkan tingkat konversi yang tinggi, hingga lebih dari 95 persen, menjadikan minyak jelantah sebagai sumber potensial biodiesel.
Perbandingan Biodiesel dengan Solar
Biodiesel memiliki sifat fisik yang mendekati solar, termasuk kekentalan dan viskositasnya. Nilai kalornya sedikit lebih rendah, namun perbedaannya tidak signifikan. Hal ini berarti kendaraan diesel tidak perlu dimodifikasi secara signifikan untuk menggunakan biodiesel.
Penggunaan biodiesel pada mesin diesel yang telah diuji coba menunjukkan penurunan torsi dan daya yang minimal, kurang dari lima persen. Ini membuktikan bahwa biodiesel merupakan alternatif yang layak dan praktis.
Biofuel untuk Mesin Bensin dan Pertimbangan Teknis
Biofuel untuk mesin bensin biasanya menggunakan etanol, yang berbasis air. Campuran etanol dan bensin dapat memisah sedikit, sehingga sistem bahan bakar mesin bensin perlu memperhatikan hal ini, terutama pada sistem injeksi bahan bakar yang umum digunakan saat ini.
Material yang tahan karat diperlukan untuk sistem bahan bakar agar tahan terhadap air dalam biofuel. Namun, untuk campuran biofuel yang rendah (kurang dari 5 persen), efeknya masih kecil dan dapat diabaikan.
Langkah Menuju Masa Depan yang Ramah Lingkungan
Keberlanjutan biofuel sangat bergantung pada pengelolaan lahan yang efektif dan efisien. Indonesia memiliki potensi yang besar untuk pengembangan biofuel dengan memanfaatkan lahan yang luas dan subur. Upaya ini memerlukan kerja sama berbagai pihak.
Masyarakat perlu berperan aktif melalui penghematan BBM dan mendukung budidaya tanaman penghasil biofuel. Pemerintah dan Pertamina, sebagai pihak yang bertanggung jawab atas penyediaan BBM, perlu berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian dan lembaga terkait untuk mengelola lahan tidak produktif.
Dengan kerja sama yang solid dan komitmen bersama, Indonesia dapat mewujudkan transisi ke BBM ramah lingkungan dan berkontribusi pada pelestarian lingkungan.