Bos Danareksa Evaluasi Ulang Proyek Kereta Cepat: Nasib Utang Dipertanyakan

Bisnis13 Dilihat

CEO Badan Pengelola (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara), Rosan Roeslani, mengumumkan rencana evaluasi menyeluruh terkait restrukturisasi utang proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atau Whoosh. Langkah ini diambil sebagai respons atas rencana Danantara untuk bergabung dalam konsorsium KCJB guna menyelesaikan permasalahan utang yang membengkak.

Evaluasi ini bertujuan untuk memastikan setiap aksi korporasi yang dilakukan memberikan solusi permanen, bukan hanya menunda masalah. Rosan menekankan pentingnya penyelesaian tuntas permasalahan utang KCJB.

“Kita sedang evaluasi dan kalau kita melakukan aksi korporasi itu tuntas gitu ya. Jadi, bukan hanya sifatnya menunda masalah,” ujar Rosan kepada wartawan di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Rabu (6/8).

Danantara akan mengumumkan langkah-langkah restrukturisasi yang akan diambil kepada publik pada waktu yang tepat. Rincian rencana tersebut akan diungkapkan setelah proses evaluasi selesai.

“Nanti pada saatnya kita akan umumkan langkah-langkah kita dalam rangka me-restrukturisasi dari KCJB atau Whoosh ini,” tambahnya.

Ketika ditanya mengenai kemungkinan perpanjangan tenor utang, Rosan enggan memberikan detail. Ia meminta publik untuk menunggu hasil evaluasi yang sedang berlangsung.

“Nanti, nanti kita laporkan hasilnya,” pungkas Rosan.

Proyek KCJB yang diresmikan Presiden Joko Widodo pada 2 Oktober 2023, akhirnya resmi beroperasi untuk umum. Proyek ini menandai tonggak sejarah pembangunan infrastruktur di .

Pembangunan KCJB yang dimulai pada 21 Januari 2016, telah rampung setelah tujuh tahun pengerjaan. kini memiliki kereta cepat yang setara dengan negara-negara maju di Asia seperti Jepang, Tiongkok, dan .

Biaya pembangunan KCJB mencapai USD 7,2 miliar (sekitar Rp 108 triliun), jauh melampaui perkiraan awal sebesar USD 5,13 miliar (sekitar Rp 76 triliun). Pembengkakan biaya sebesar USD 1,2 miliar (sekitar Rp 18 triliun) telah disepakati.

Restrukturisasi utang KCJB menjadi krusial mengingat besarnya biaya pembangunan dan potensi dampak negatif terhadap perekonomian jika masalah ini tidak ditangani secara efektif. Berbagai opsi restrukturisasi, seperti negosiasi dengan kreditor, pencarian investor baru, atau kombinasi keduanya, kemungkinan akan dipertimbangkan.

Keberhasilan restrukturisasi utang KCJB akan menjadi indikator penting bagi keberlanjutan proyek infrastruktur besar lainnya di dan kepercayaan investor asing terhadap proyek-proyek serupa di . Proses transparan dan akuntabel dalam pengelolaan utang menjadi sangat penting untuk menjaga kepercayaan publik.

Selain itu, pemerintah perlu mempertimbangkan langkah-langkah preventif untuk mencegah pembengkakan biaya pada proyek infrastruktur serupa di masa mendatang. Hal ini bisa mencakup perencanaan yang lebih matang, pengawasan yang lebih ketat, dan mekanisme pengendalian biaya yang lebih efektif.

Transparansi dalam proses restrukturisasi dan penyelesaian utang KCJB juga penting untuk membangun kepercayaan publik dan mencegah spekulasi yang tidak perlu. Komunikasi yang efektif antara pemerintah, konsorsium KCJB, dan publik sangat diperlukan.

Komentar