Harga minyak dunia melesat ke titik tertinggi dalam sepekan terakhir. Kenaikan ini didorong oleh optimisme pasar terhadap potensi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat dan meningkatnya ketegangan geopolitik. Situasi ini diperparah oleh pertemuan yang akan dilangsungkan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin terkait konflik Ukraina.
Lonjakan harga terlihat jelas pada kedua patokan utama minyak mentah dunia. Brent crude naik USD 1,21 atau sekitar 1,8%, ditutup pada USD 66,84 per barel. Sementara itu, West Texas Intermediate (WTI) menguat USD 1,31 atau 2,1%, mencapai USD 63,96 per barel. Penutupan ini merupakan yang tertinggi sejak 6 Agustus lalu, menandai berakhirnya tren penurunan harga sebelumnya.
Beberapa faktor berkontribusi terhadap lonjakan harga ini. Pertama, ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed menjadi katalis utama. Data inflasi yang terkendali memperkuat prediksi tersebut. Beberapa pejabat ekonomi bahkan mengindikasikan kemungkinan penurunan suku bunga hingga setengah poin persentase. Langkah ini diperkirakan akan merangsang aktivitas ekonomi dan meningkatkan permintaan energi secara global.
“Data inflasi yang terkendali memperkuat keyakinan bahwa bank sentral AS akan memangkas suku bunga pada pertemuan berikutnya. Beberapa pejabat ekonomi bahkan mengisyaratkan kemungkinan pemangkasan hingga setengah poin persentase,” demikian pernyataan para analis ekonomi. Pemangkasan suku bunga seperti ini umumnya mendorong pertumbuhan ekonomi dan berdampak positif pada konsumsi energi.
Faktor kedua adalah meningkatnya ketegangan geopolitik menjelang pertemuan Trump-Putin. Presiden Trump sebelumnya memberikan peringatan keras tentang “konsekuensi serius” jika pembicaraan mengenai Ukraina tidak membuahkan hasil. Pernyataan ini meningkatkan kekhawatiran pasar tentang pasokan minyak global, terutama jika sanksi baru dijatuhkan pada negara-negara pengimpor minyak Rusia.
“Trump mengeluarkan peringatan keras akan adanya ‘konsekuensi serius’ jika pembicaraan terkait Ukraina gagal mencapai kesepakatan,” demikian bunyi pernyataan Trump yang menjadi sorotan pasar. Ancaman sanksi baru terhadap Rusia berpotensi mengganggu rantai pasokan minyak global.
Meskipun sentimen positif mendorong kenaikan harga, beberapa faktor fundamental membatasi potensi kenaikan yang lebih signifikan. Laporan terbaru memperkirakan peningkatan pasokan minyak global hingga akhir 2025 dan berlanjut hingga 2026. Selain itu, persediaan minyak mentah AS meningkat sekitar 3 juta barel dalam sepekan terakhir. Kondisi ini memberikan tekanan untuk menahan laju kenaikan harga minyak.
Berikut ringkasan faktor penggerak harga minyak:
* **Ekspektasi pemangkasan suku bunga:** Meningkatkan permintaan, menopang harga minyak.
* **Risiko geopolitik:** Menambah premi risiko, mendorong kenaikan harga.
* **Kelebihan pasokan & stok:** Membatasi laju kenaikan harga.
Kesimpulannya, lonjakan harga minyak kali ini menunjukkan betapa eratnya keterkaitan antara kebijakan moneter, dinamika geopolitik, dan kondisi pasokan global dalam menentukan arah pasar energi. Faktor-faktor ini saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain, menciptakan volatilitas yang cukup signifikan di pasar komoditas energi. Ke depan, perkembangan situasi geopolitik, terutama terkait Ukraina dan kebijakan moneter The Fed, akan menjadi faktor kunci yang menentukan pergerakan harga minyak dunia. Perlu diwaspadai pula potensi peningkatan pasokan dan level persediaan global yang dapat menekan harga.
Komentar