Pertumbuhan Ekonomi Tinggi, PHK Massal: Misteri Data BPS Bikin Ekonom Bingung

Bisnis64 Dilihat
banner 468x60

Pertumbuhan ekonomi pada kuartal II mencapai 5,12 persen secara year-on-year (YoY), menurut data Badan Pusat Statistik (BPS). Angka ini melampaui ekspektasi sejumlah ekonom dan memicu pertanyaan mengenai akurasi data BPS. Beberapa ekonom bahkan menyatakan keraguan terhadap angka tersebut, karena tidak mencerminkan kondisi ekonomi riil di lapangan.

Direktur Eksekutif Celios, Bhima Yudhistira, misalnya, mengaku terkejut dengan angka pertumbuhan tersebut. Ia menilai rilis BPS tidak merepresentasikan kondisi ekonomi sebenarnya. Salah satu poin yang dipertanyakan adalah pertumbuhan industri pengolahan yang tercatat 5,68 persen YoY oleh BPS, sementara Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur justru menunjukkan penurunan.

banner 336x280

“Ada beberapa data yang janggal, salah satunya soal pertumbuhan industri pengolahan. Selisih datanya terlalu berbeda antara BPS dan PMI manufaktur,” ungkap Bhima. Ia mempertanyakan bagaimana bisa industri pengolahan tumbuh tinggi sementara terjadi PHK massal di sektor padat karya, efisiensi di sektor industri, penurunan penjualan semen, dan bahkan penghentian produksi di beberapa smelter nikel.

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang hanya mencapai 4,97 persen juga menjadi sorotan Bhima. Konsumsi rumah tangga berkontribusi 54,2 persen terhadap PDB, sehingga pertumbuhannya yang rendah membuat angka pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan dipertanyakan. “Ada indikasi yang membuat masyarakat meragukan akurasi data BPS,” tegasnya.

Chief Economist Bank Mandiri, Andry Asmoro, juga memberikan pandangannya. Ia memprediksi pertumbuhan PDB pada kuartal II sebesar 4,79 persen secara tahunan, sedikit lebih rendah dari prediksi pertumbuhan 4,87 persen YoY pada kuartal sebelumnya. Prediksi ini jauh lebih rendah dari angka yang dirilis BPS.

Andry Asmoro memperkirakan konsumsi rumah tangga akan melambat pada kuartal II , sejalan dengan faktor musiman dan perilaku belanja yang lebih selektif. Meskipun demikian, ia mengakui bahwa peningkatan bantuan pemerintah dapat membantu meredam pelambatan tersebut.

Aktivitas juga diprediksi tumbuh secara moderat, tercermin dari pelemahan penjualan semen dan penurunan penyaluran kredit produktif oleh perbankan. Sikap wait-and-see dari pelaku usaha menjadi faktor penyebabnya. “Hal ini menunjukkan pembentukan modal yang lebih berhati-hati akibat sikap wait-and-see dari pelaku usaha,” jelas Andry.

Sementara itu, belanja pemerintah diprediksi pulih dari kontraksi pada periode sebelumnya. Namun, total pengeluaran masih lesu. Peningkatan belanja pemerintah pusat terutama untuk pegawai dan program diperkirakan terjadi.

Ekspor diperkirakan akan meningkat, didorong oleh percepatan pengiriman (front loading) menjelang penerapan tarif impor dari Amerika Serikat (AS). Peningkatan ekspor ini diharapkan dapat menopang kinerja ekspor neto di tengah kondisi perdagangan global yang masih lesu.

Perbedaan signifikan antara data BPS dengan indikator ekonomi lain dan prediksi sejumlah ekonom menimbulkan pertanyaan besar tentang kondisi ekonomi yang sebenarnya. lebih mendalam dan transparansi data dari BPS sangat diperlukan untuk memberikan gambaran yang lebih akurat dan membangun kepercayaan publik. Penting untuk menggali lebih dalam faktor-faktor yang mempengaruhi angka pertumbuhan ekonomi tersebut dan memastikan validitas data yang digunakan.

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *