Insiden pelemparan batu terhadap bus tim Persik Kediri terjadi usai pertandingan melawan Arema FC di Stadion Kanjuruhan pada Minggu, 11 Mei 2025. Meskipun Persik menang telak 3-0, kemenangan tersebut ternoda oleh aksi kekerasan dari oknum suporter. Kejadian ini menimbulkan kekhawatiran dan menjadi sorotan publik.
Berdasarkan video yang beredar di media sosial, tampak bus tim Persik Kediri mengalami kerusakan pada kaca samping akibat lemparan batu. Akun Twitter @hudaminhajur melaporkan kejadian ini dengan detail, menggambarkan lokasi kejadian tepat di depan Stadion Kanjuruhan. Polisi perlu menyelidiki insiden ini dan mengusut tuntas para pelaku.
Kerusakan dan Dampak Insiden
Kerusakan pada bus Persik Kediri bukan hanya masalah materiil, tetapi juga menimbulkan trauma bagi pemain dan ofisial tim. Kejadian ini menunjukkan masih adanya potensi konflik dan tindakan kekerasan di lingkungan sepak bola Indonesia. Perlunya edukasi dan penegakan hukum yang lebih tegas untuk mencegah kejadian serupa terulang.
Lebih lanjut, insiden ini menjadi pukulan bagi upaya pemulihan citra Stadion Kanjuruhan pasca tragedi mengerikan pada 1 Oktober 2022. Tragedi tersebut menewaskan 135 orang dan meninggalkan luka mendalam bagi dunia sepak bola Indonesia. Kejadian pelemparan batu ini seolah mengikis upaya perbaikan yang telah dilakukan.
Stadion Kanjuruhan Pasca Tragedi
Stadion Kanjuruhan, dengan kapasitas 21.603 penonton, telah mengalami renovasi dan penambahan fasilitas setelah tragedi 2022. Fasilitas baru meliputi 108 kursi VVIP, 2.465 kursi VIP, 134 kursi media, dan 16 kursi khusus disabilitas. Tribun penonton juga telah direnovasi, dengan kapasitas 4.352 kursi di sisi timur dan 7.264 kursi masing-masing di sisi utara dan selatan.
Namun, peningkatan fasilitas tersebut seakan tak cukup untuk menjamin keamanan dan ketertiban pertandingan. Insiden pelemparan batu ini membuktikan bahwa perbaikan infrastruktur saja tidak cukup; perbaikan budaya suporter dan penegakan hukum yang tegas sangat diperlukan.
Upaya Pencegahan Kejadian Berulang
Pentingnya kolaborasi antara pihak kepolisian, manajemen klub, dan suporter dalam menciptakan lingkungan sepak bola yang aman dan tertib. Peningkatan pengawasan keamanan di dalam dan sekitar stadion perlu dilakukan secara ketat, serta penerapan sanksi yang tegas bagi pelaku kekerasan.
Selain itu, edukasi dan sosialisasi kepada suporter mengenai pentingnya sportivitas dan tata tertib menonton pertandingan perlu ditingkatkan. Membangun kesadaran bersama akan menciptakan lingkungan sepak bola yang lebih kondusif dan ramah bagi semua pihak. Peristiwa ini harus menjadi pembelajaran berharga bagi semua pemangku kepentingan untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.
Kesimpulan
Insiden pelemparan batu di Stadion Kanjuruhan merupakan sebuah kemunduran dalam upaya pemulihan citra sepak bola Indonesia. Kejadian ini bukan hanya merusak fasilitas, tetapi juga mencederai upaya membangun kembali kepercayaan dan keamanan di stadion. Pentingnya tindakan konkret dan komprehensif dari semua pihak untuk mencegah terulangnya insiden serupa dan menciptakan lingkungan sepak bola yang lebih aman dan sportif.