Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, masih menunjukkan aktivitas vulkanik yang tinggi. Berdasarkan analisis visual dan instrumental, Badan Geologi Kementerian ESDM menetapkan status gunung api ini tetap pada Level IV (Awas).
Pada periode 22 Mei 2025 pukul 12.00 WITA hingga 23 Mei 2025 pukul 18.00 WITA, tercatat satu kali erupsi dengan tinggi kolom abu mencapai 300 meter di atas puncak. Embusan asap putih terlihat dengan tekanan lemah hingga sedang, mencapai ketinggian 500-700 meter di atas puncak. Suara gemuruh dan sinar api sudah tidak teramati.
Aktivitas kegempaan menunjukkan satu kali gempa letusan, 12 kali gempa embusan, 24 kali gempa harmonik, dan 31 kali gempa vulkanik dalam. Tercatat juga beberapa gempa tektonik lokal dan jauh. Meskipun data kegempaan mengindikasikan penurunan aktivitas permukaan, peningkatan gempa vulkanik dalam, meskipun dengan amplitudo kecil, menunjukkan suplai magma dari kedalaman masih berlangsung.
Data tiltmeter menunjukkan tren penurunan, mengindikasikan pergerakan magma menuju kestabilan. Pengamatan visual melalui drone mendeteksi adanya material lava di dasar kawah. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan potensi erupsi eksplosif yang kuat jika lava tersebut mengalami pembongkaran.
Rekomendasi dan Imbauan
Badan Geologi memberikan imbauan kepada masyarakat dan wisatawan untuk menghindari aktivitas dalam radius 6 kilometer dari pusat erupsi, dan sektoral barat-timur laut sejauh 7 kilometer. Penting untuk tetap tenang dan mengikuti arahan dari pemerintah daerah.
Masyarakat diimbau untuk tidak menyebarkan informasi yang tidak jelas sumbernya dan tetap waspada terhadap potensi bahaya. Wilayah-wilayah di sekitar aliran sungai yang berhulu di Gunung Lewotobi Laki-laki, seperti Dulipali, Nobo, Hokeng Jaya, dan Nurabelen, perlu mewaspadai potensi banjir lahar jika terjadi hujan lebat.
Analisis Lebih Lanjut Mengenai Aktivitas Vulkanik
Penting untuk memahami bahwa meskipun terlihat penurunan aktivitas permukaan, status Awas tetap diberlakukan karena potensi bahaya erupsi eksplosif masih tinggi. Penurunan aktivitas bisa menjadi fase sementara sebelum peningkatan aktivitas kembali. Pantauan intensif terhadap aktivitas seismik, deformasi tanah, dan visual sangat penting untuk memprediksi perkembangan selanjutnya.
Jenis Gempa yang Terjadi
Berbagai jenis gempa yang terdeteksi, seperti gempa letusan, embusan, harmonik, dan vulkanik dalam, memberikan gambaran kompleks mengenai dinamika magma di bawah permukaan. Gempa vulkanik dalam mengindikasikan pergerakan magma di kedalaman, sementara gempa embusan menunjukkan pelepasan gas dari kawah.
Peran Data Tiltmeter dan Drone
Data tiltmeter yang menunjukkan penurunan mengindikasikan penurunan tekanan di dalam gunung api, yang mungkin menandakan pergerakan magma menuju kesetimbangan. Namun, hal ini tidak menjamin tidak adanya potensi erupsi. Penggunaan drone untuk observasi visual memberikan informasi penting tentang kondisi permukaan kawah, seperti keberadaan lava.
Mitigasi Bencana
Langkah-langkah mitigasi bencana, seperti penetapan zona bahaya dan penyebaran informasi kepada masyarakat, sangat penting untuk meminimalisir dampak erupsi. Persiapan menghadapi potensi banjir lahar juga sangat krusial, mengingat daerah aliran sungai yang berhulu di gunung api rentan terhadap ancaman tersebut. Penting untuk memastikan jalur evakuasi yang aman dan efektif tersedia.
Pemerintah daerah dan instansi terkait perlu terus meningkatkan koordinasi dan sosialisasi kepada masyarakat agar masyarakat lebih siap menghadapi potensi erupsi selanjutnya. Pengembangan sistem peringatan dini yang efektif dan responsif terhadap perubahan aktivitas gunung api juga sangat penting.
Tinggalkan komentar