Presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno atau yang akrab disapa Bung Karno, tetap dikenang dan dihormati dunia internasional berpuluh-puluh tahun setelah kematiannya. Hal ini terbukti dari berbagai bentuk penghormatan yang diberikan oleh negara-negara di dunia, sebagaimana disampaikan Ketua DPP PDI Perjuangan, Ahmad Basarah.
Basarah mencontohkan beberapa jalan protokol, gedung, dan taman di beberapa negara yang diabadikan dengan nama Soekarno. Di Rabat, Maroko, misalnya, terdapat Jalan Soekarno yang terletak dekat Gedung Parlemen. Penghormatan serupa juga terlihat di Tunisia dan Ankara, Turki, yang masing-masing memiliki Jalan Soekarno. Hal ini menunjukkan pengakuan dunia atas jasa Bung Karno dalam mendukung kemerdekaan berbagai negara.
Pernyataan Basarah ini disampaikan dalam sambutannya pada acara Haul Ke-55 Bung Karno di Jakarta pada 21 Juni lalu. Sebagai Ketua Fraksi PDI Perjuangan MPR, Basarah menekankan pentingnya bagi bangsa Indonesia untuk terus merasa bangga atas warisan sejarah dan peran internasional Bung Karno. Peran kunci Bung Karno dalam penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika di Bandung, Jawa Barat, juga menjadi salah satu faktor penting yang membekas di hati para pemimpin negara-negara Asia-Afrika.
Keunggulan Bung Karno Menurut Muhammad Amin Abdullah
Pendapat Basarah diperkuat oleh Prof. Muhammad Amin Abdullah, Ketua Dewan Pakar Majelis Pembinaan Kader dan Sumber Daya Insani (MPKSDI) PP Muhammadiyah. Dalam kesempatan yang sama, Amin Abdullah menjelaskan kehebatan Bung Karno melalui empat poin penting, yang disingkatnya dengan “4P”.
Proklamator Kemerdekaan
Pertama, Bung Karno sebagai proklamator kemerdekaan Indonesia. Ia tak hanya membebaskan Indonesia, tetapi juga menginspirasi 49 negara terjajah di Asia dan Afrika untuk meraih kemerdekaannya. “Dengan ‘P’ pertama (proklamator), Bung Karno dikenal dunia sebagai tokoh yang bukan hanya memerdekakan Indonesia, melainkan juga mendorong 49 negara-negara terjajah di Asia dan Afrika untuk sama-sama merdeka, seperti dijelaskan Pak Ahmad Basarah,” ujar Amin Abdullah.
Penggali Pancasila
Kedua, Bung Karno sebagai penggali Pancasila. Amin Abdullah menyebut Bung Karno sebagai the Great Thinker dari Dunia Timur. Pidato Bung Karno yang berjudul “To Build The World Anew” pada 30 September 1960 di PBB, misalnya, menjadi bukti daya intelektualnya yang diakui dunia.
Presiden Pertama Indonesia
Ketiga, Bung Karno sebagai presiden pertama Indonesia. Kepemimpinannya atas negara besar dengan penduduk 90 juta jiwa pada tahun 1945 menunjukkan kemampuannya memimpin dan mendapatkan cinta rakyatnya. Presiden Soekarno memimpin Indonesia di era yang penuh tantangan, baik dalam hal politik dalam negeri maupun hubungan internasional.
Pembaharu Pemikiran Keislaman
Keempat, Bung Karno sebagai pembaharu pemikiran keislaman. Amin Abdullah menjelaskan bahwa Bung Karno mendorong umat Islam Indonesia untuk berpikir rasional dan memahami Islam secara mendalam, bukan hanya mengikuti tradisi tanpa pemahaman kritis. Bung Karno juga dikenal karena kritiknya terhadap penggunaan istilah seperti sayyid dan khalifah, yang menurutnya bertentangan dengan prinsip kesetaraan manusia.
Pandangan Tokoh Lain Mengenai Bung Karno
Selain Basarah dan Amin Abdullah, acara haul tersebut juga menghadirkan Gus Falah (Wakil Ketua Umum PP Bamusi) dan Kiai Haji Miftah Faqih (Ketua PBNU). Gus Falah menggambarkan Bung Karno sebagai santri yang moderat dan menuntut ilmu dari berbagai sumber, termasuk Kiai Haji Hasyim Asy’ari dan HOS Tjokroaminoto. Hal ini membentuk wawasan luas dan pemikiran moderat Bung Karno, yang membuatnya menjadi pembaharu pemikiran Islam yang diakui dunia internasional.
Kesimpulannya, peringatan Haul Ke-55 Bung Karno menunjukkan betapa besar jasa dan peran Bung Karno bagi Indonesia dan dunia internasional. Pengakuan internasional terhadap sosok Bung Karno menjadi warisan berharga yang perlu terus dijaga dan dikenang oleh generasi penerus bangsa Indonesia. Legasi Bung Karno sebagai proklamator, penggali Pancasila, presiden pertama, dan pembaharu pemikiran Islam terus menginspirasi hingga saat ini. Perlu adanya upaya untuk menjaga dan menyebarluaskan pemikiran-pemikiran Bung Karno agar tetap relevan dengan konteks kekinian.
Tinggalkan komentar