Mabar Kriminal
Mabar Kriminal
Bisnis

Kebijakan BEI Baru Ancam IPO 2025, Investor Asing Mundur

Avatar of Mais Nurdin
2
×

Kebijakan BEI Baru Ancam IPO 2025, Investor Asing Mundur

Sebarkan artikel ini
Kebijakan BEI Baru Ancam IPO 2025 Investor Asing Mundur

Bursa Efek Indonesia (BEI) kini berada di bawah sorotan tajam. Sejumlah kebijakan terbaru dinilai kontraproduktif, berpotensi mengikis kepercayaan investor, khususnya investor asing yang selama ini menjadi penopang utama pasar modal Indonesia.

Salah satu kebijakan yang menuai kritik adalah penerapan Full Call Auction (FCA) pada saham-saham dengan Unusual Market Activity (UMA). Meskipun hanya berlangsung tujuh hari, dampaknya signifikan. Banyak saham yang terkena FCA langsung dihapus dari indeks global seperti MSCI, mengakibatkan penurunan likuiditas dan daya tarik bagi investor asing.

SCROLL KEBAWAH UNTUK MEMBACA
IKLAN%20PT.%20PENA%20DATA%20MEDIA
Advertisment

Pakar pasar modal dari Universitas Indonesia, Prof. Budi Frensidy, menekankan perlunya BEI berbenah diri. Ia menyatakan bahwa BEI tidak bisa mengandalkan perubahan standar global, melainkan harus memperbaiki sistem internalnya sendiri agar lebih kompetitif dan menarik bagi investor internasional.

Analisis Kebijakan BEI yang Kontroversial

Fauzan Luthsa dari Strategi Institute menilai struktur FCA perlu dikaji ulang. Sistem FCA yang menyebabkan saham terdepak dari indeks dalam jangka waktu lama menunjukkan adanya kelemahan struktural. BEI harus menyesuaikan praktiknya dengan standar internasional untuk menghindari dampak negatif yang lebih besar.

Selain FCA, Fauzan juga menyoroti rencana BEI untuk merevisi aturan free float dan persyaratan keuangan dalam proses IPO. Ia berpendapat bahwa upaya ini tidak cukup jika masalah utama seperti penangguhan perdagangan saham (suspensi) dan transparansi dalam penyusunan indeks tidak segera diatasi.

Kritik Terhadap Komposisi Indeks

Kritik juga dialamatkan pada komposisi indeks unggulan seperti LQ45 dan IDX High Dividend 20. Contohnya, PT Mitra Pack Tbk (PTMP) yang sempat masuk LQ45 meskipun tidak memenuhi syarat likuiditas, serta saham TPIA dan BRPT yang tetap terdaftar di indeks dividen meskipun tidak membagikan dividen selama bertahun-tahun.

Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang objektivitas dan transparansi dalam penyusunan indeks, menimbulkan keraguan di kalangan investor. Ketidakjelasan dan kurangnya transparansi dalam hal ini dapat membuat investor enggan berinvestasi di pasar modal Indonesia.

Fokus yang Terlalu Sempit pada Emiten Besar

BEI juga dikritik karena terfokus pada perusahaan besar yang akan melantai di bursa, mengabaikan potensi perusahaan kecil dan menengah (UKM). Pendampingan yang memadai untuk UKM sangat penting untuk mendorong pertumbuhan dan kontribusi mereka dalam pasar modal.

Padahal, UKM memiliki potensi besar untuk berkembang dan berkontribusi signifikan pada perekonomian nasional. BEI perlu menerapkan strategi yang lebih inklusif untuk menarik lebih banyak perusahaan, termasuk UKM, agar mau melantai di bursa.

Tantangan BEI Menuju Target IPO 2025

Dengan target 66 IPO pada 2025, tetapi baru 14 yang tercatat hingga pertengahan Mei, BEI menghadapi tantangan besar untuk mencapai target tersebut. Mengandalkan hanya beberapa emiten besar bukanlah strategi yang berkelanjutan.

Fauzan mengingatkan bahwa BEI harus menghindari pengulangan kegagalan tahun sebelumnya. Dengan waktu yang tersisa hanya tujuh bulan, BEI harus meningkatkan upaya dan strategi untuk mencapai target 52 IPO tambahan. Strategi yang komprehensif dan terukur sangat dibutuhkan.

BEI perlu melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kebijakan dan strategi yang telah diterapkan, serta melakukan perubahan yang diperlukan untuk meningkatkan daya tarik pasar modal Indonesia bagi investor, baik domestik maupun asing. Transparansi, objektivitas, dan inklusivitas menjadi kunci keberhasilan BEI dalam mencapai target dan meningkatkan kepercayaan investor.

Selain itu, BEI juga perlu meningkatkan literasi keuangan masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pasar modal. Dengan demikian, pasar modal Indonesia dapat tumbuh lebih besar dan berkontribusi lebih besar pada perekonomian nasional. Peningkatan kualitas tata kelola dan pengawasan BEI juga penting untuk membangun kepercayaan investor.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Akses berita Penadata.com dengan cepat di WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029Va9zUSzF6sn6FmtJPc1m. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *