Fakta Mengejutkan DBD yang Sering Dilewatkan Orang Tua: Pengakuan Tasya Kamila

oleh -103 Dilihat

Hari Nasional menjadi momentum bagi Tasya Kamila, mantan penyanyi cilik yang kini menjadi ibu dua , untuk menyuarakan keprihatinannya terhadap demam berdarah dengue (DBD). Ia mengungkapkan kekhawatirannya terhadap penyakit ini, terutama mengingat -anaknya yang masih kecil dan rentan terhadap penyakit tersebut. Sebagai seorang ibu, ia merasa perlu untuk lebih proaktif dalam melindungi keluarga dari DBD.

Dalam sebuah talk show bertajuk “Science Heroes – Pahlawan Cilik Cegah DBD” di Festival Hari Anak , Tasya Kamila mengungkapkan keresahannya. Ia menekankan betapa bahayanya DBD karena gejalanya yang sering kali samar atau bahkan tanpa gejala sama sekali. Hal ini membuat penyakit ini sulit dideteksi sejak dini, sehingga meningkatkan risiko penularan.

“Saya punya dua anak kecil di rumah, dan jujur, dengue itu salah satu penyakit yang paling saya khawatirkan. Bukan hanya karena bahayanya, tapi juga karena kita nggak pernah tahu kapan atau dari mana virus itu datang,” ungkap Tasya Kamila. Pernyataan ini menggambarkan betapa besarnya rasa khawatir seorang ibu terhadap keselamatan anak-anaknya, terutama dalam menghadapi penyakit yang penularannya sulit diprediksi.

Lebih lanjut, Tasya menjelaskan bahaya laten DBD tanpa gejala. Seseorang yang terinfeksi, meskipun tidak menunjukkan gejala, tetap bisa menjadi sumber penularan. Nyamuk yang menggigit orang yang terinfeksi kemudian dapat menularkan virus ke orang lain, termasuk anak-anak. “Kita bisa merasa sehat, padahal sebenarnya sedang terinfeksi dan tidak sadar. Apalagi kalau gejalanya ringan atau tidak muncul. Dalam kondisi seperti ini, kita bisa menjadi sumber penularan tidak langsung karena nyamuk yang menggigit kita bisa menularkan virus ke orang lain, termasuk anak-anak kita sendiri,” tambahnya.

Anak-Anak: Kelompok Usia Paling Rentan terhadap DBD

Data dari Kementerian menunjukkan fakta yang mengkhawatirkan: dalam tujuh tahun terakhir, angka kematian akibat DBD tertinggi justru terjadi pada kelompok usia 5-14 tahun. Ini menjadi bukti nyata bahwa anak-anak merupakan kelompok yang paling rentan terhadap dampak serius infeksi virus dengue. Angka kematian tersebut bukanlah sekadar data statistik, tetapi merupakan gambaran nyata dari risiko kehilangan nyawa anak-anak.

“Angka kematian akibat dengue tertinggi justru terjadi pada anak-anak dan remaja. Ini bukan cuma soal data , tapi soal nyawa anak-anak kita,” tegas Tasya Kamila. Pernyataan ini menggarisbawahi urgensi tindakan pencegahan DBD, terutama bagi anak-anak.

Sebagai , Tasya menekankan pentingnya peran aktif dalam melindungi anak dari penyakit, bukan hanya bereaksi setelah terjadi kasus. Pencegahan yang komprehensif sangat dibutuhkan, meliputi menjaga kebersihan lingkungan, memastikan anak mendapatkan istirahat dan gizi yang cukup, serta memahami berbagai upaya pencegahan lainnya. “Menjaga anak dari penyakit adalah tanggung jawab kita sebagai . Kita perlu lebih peduli, mulai dari kebersihan lingkungan, memastikan anak cukup istirahat dan gizi, sampai mencari tahu upaya pencegahan yang lebih komprehensif. Jangan sampai anak-anak kehilangan masa kecil mereka hanya karena kita lalai,” tutup Tasya.

Memahami Lebih Dalam tentang Virus Dengue

dr. Atilla Dewanti, SpA(K), Dokter Spesialis Anak Konsultan Neurologi, memberikan penjelasan penting mengenai virus dengue. Ia menjelaskan bahwa virus dengue memiliki empat serotipe berbeda (DENV-1 hingga DENV-4), sehingga seseorang berpotensi terinfeksi lebih dari sekali seumur hidup.

Yang lebih mengejutkan, infeksi kedua atau ketiga bahkan bisa lebih berat daripada infeksi pertama. Kekebalan tubuh yang terbentuk setelah infeksi pertama hanya spesifik untuk serotipe virus tersebut. Jika terinfeksi serotipe yang berbeda, risiko komplikasi akan meningkat. “Saat seseorang sembuh dari satu jenis virus dengue, dia hanya kebal terhadap serotipe itu saja. Kalau nanti terinfeksi dengan serotipe lain, risikonya justru bisa lebih berat,” jelas dr. Atilla.

Langkah-Langkah Pencegahan DBD yang Efektif

Berikut beberapa langkah pencegahan DBD yang dapat dilakukan oleh setiap untuk melindungi anak-anak mereka:

  • Menjaga kebersihan lingkungan rumah dan sekitarnya untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti.
  • Menggunakan kelambu atau obat anti nyamuk saat tidur, terutama di malam hari.
  • Memakai pakaian yang menutupi kulit untuk meminimalkan gigitan nyamuk.
  • Memberikan edukasi kepada anak tentang bahaya DBD dan pentingnya pencegahan.
  • Segera membawa anak ke dokter jika menunjukkan gejala demam berdarah.
  • Melakukan 3M Plus: Menguras bak mandi, Menutup rapat tempat penampungan air, dan Mengubur barang bekas yang dapat menampung air. Plusnya adalah membersihkan lingkungan, menjaga kebersihan diri, dan menggunakan obat anti nyamuk.
  • Dengan pemahaman yang lebih komprehensif tentang DBD dan langkah pencegahan yang tepat, kita dapat melindungi anak-anak kita dari ancaman penyakit mematikan ini dan memastikan mereka dapat menikmati masa kecilnya dengan sehat dan bahagia.

    Tentang Penulis: Mais Nurdin

    Gambar Gravatar
    Mais Nurdin, yang dikenal sebagai Bung Mais, adalah seorang SEO Specialis dan praktisi teknologi pendidikan di Indonesia. Ia aktif menyediakan sumber daya pendidikan melalui platform digital BungMais.com. Selain itu, Bung Mais juga memiliki kanal YouTube yang berfokus pada tutorial seputar Blogspot, WordPress, Google AdSense, YouTube, SEO, HTML, dan bisnis online. Melalui kanal ini, ia berbagi tips dan trik untuk membantu blogger pemula dan pelaku bisnis digital mengembangkan keterampilan mereka. Dengan pengalaman luas di bidang pendidikan dan literasi digital, Bung Mais berkomitmen meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia melalui pemanfaatan teknologi dan penyediaan materi pembelajaran yang mudah diakses.

    No More Posts Available.

    No more pages to load.