Sebuah penelitian terbaru dari Ecological Observation and Wetlands Conservation (ECOTON) mengungkap fakta mengejutkan tentang kandungan mikroplastik dalam teh celup yang populer di Indonesia. Lima merek teh celup ternama ditemukan mengandung kadar mikroplastik yang tinggi setelah diseduh dengan air panas. Temuan ini menimbulkan kekhawatiran serius tentang dampak kesehatan jangka panjang konsumsi mikroplastik.
Penelitian ini, yang diterbitkan dalam jurnal *Environmental Science & Technology* tahun 2024, memperkirakan konsumsi mikroplastik masyarakat Indonesia mencapai 15 gram per kapita setiap bulan. Jumlah ini setara dengan ketebalan tiga kartu ATM, menunjukkan tingkat paparan yang mengkhawatirkan. Kantong teh celup menjadi salah satu sumber utama mikroplastik ini, selain penggunaan plastik sekali pakai.
Penelitian ECOTON yang dirilis awal 2025 menguji lima merek teh celup populer: Sosro, Poci, Sari Murni, Sariwangi, dan Tong Tji. Kedua metode penyeduhan yang diujikan meniru kebiasaan masyarakat Indonesia. Metode pertama, kantong teh diseduh dengan air yang dipanaskan hingga 95 derajat Celcius. Metode kedua, kantong teh dimasukkan ke dalam air panas yang telah mendidih dan diaduk selama lima menit.
Hasil pengujian pertama menunjukkan Teh Celup Sosro melepaskan mikroplastik paling tinggi, yaitu 1.093 partikel fiber. Teh Poci berada di posisi kedua dengan 1.077 partikel. Pada pengujian kedua, Sari Murni menjadi merek dengan pelepasan mikroplastik tertinggi, yaitu 763 partikel, diikuti Sariwangi (720 partikel) dan Teh Celup Sosro.
Rafika Aprilianti, peneliti mikroplastik dari ECOTON, menjelaskan bahwa jumlah mikroplastik yang terlepas bergantung pada komposisi plastik kantong teh. “Saat terkena panas, cahaya UV, atau gesekan, plastik ini mudah terdegradasi menjadi partikel mikroplastik yang kemudian tercampur dalam minuman,” jelas Rafika dalam siaran pers Aliansi Zero Waste Indonesia pada Rabu (26/3/2025). Jenis plastik seperti polietilen (PE) dan nilon, yang umum digunakan untuk meningkatkan daya tahan kantong teh terhadap air panas, sangat rentan terhadap degradasi.
Konsumsi mikroplastik menimbulkan risiko kesehatan yang serius. Partikel mikroplastik bersifat bioakumulatif, artinya sulit dikeluarkan dari tubuh dan dapat menumpuk di organ vital seperti hati, ginjal, jantung, dan otak. “Ini adalah partikel asing bagi tubuh kita. Dampaknya tidak langsung terlihat, tapi sangat berbahaya jika terus terakumulasi,” tambah Rafika. Akumulasi mikroplastik dapat menyebabkan inflamasi, gangguan hormon, dan meningkatkan risiko kanker dalam jangka panjang.
ECOTON merekomendasikan masyarakat untuk beralih ke metode penyeduhan yang lebih aman dan ramah lingkungan. Menggunakan daun teh tanpa kantong plastik, dikombinasikan dengan alat bantu seperti saringan stainless steel, teko kaca, atau *french press*, merupakan alternatif yang efektif untuk mengurangi paparan mikroplastik. “Kembali ke cara tradisional menyeduh teh tidak hanya lebih sehat, tapi juga membantu mengurangi polusi plastik,” saran Rafika.
Temuan ini telah memicu perdebatan di masyarakat. Banyak yang mempertanyakan keamanan produk sehari-hari dan berharap respons dari produsen teh celup untuk menggunakan bahan kantong yang lebih aman. Hingga saat ini, belum ada pernyataan resmi dari kelima merek teh yang diteliti. Keputusan untuk memilih teh celup atau metode penyeduhan tradisional kini ada di tangan konsumen. Penelitian ini menjadi peringatan penting bahwa gaya hidup modern terkadang menyimpan risiko kesehatan yang tersembunyi. Lebih banyak penelitian diperlukan untuk memahami sepenuhnya dampak jangka panjang dari konsumsi mikroplastik.
Selain itu, perlu diperhatikan bahwa kualitas air juga dapat memengaruhi jumlah mikroplastik yang terlarut dalam minuman. Air yang telah terkontaminasi mikroplastik sebelumnya dapat meningkatkan jumlah mikroplastik dalam teh. Oleh karena itu, penting untuk menggunakan sumber air bersih dan berkualitas tinggi. Lebih lanjut, penelitian lebih lanjut juga diperlukan untuk menyelidiki dampak paparan mikroplastik pada berbagai kelompok umur, terutama pada anak-anak dan ibu hamil yang lebih rentan terhadap dampak negatif. Konsumen perlu lebih waspada dan bijak dalam memilih produk sehari-hari agar tetap sehat dan menjaga lingkungan.
Komentar