Presiden Prancis Emmanuel Macron melakukan kunjungan resmi ke Indonesia pada 28 Mei 2025, dengan fokus utama memperkuat kemitraan strategis di bidang pertahanan. Kunjungan ini merupakan bagian dari rangkaian tur regionalnya di Asia Tenggara, setelah mengunjungi Vietnam dan sebelum melanjutkan perjalanan ke Singapura.
Salah satu agenda penting adalah pertemuan dengan Presiden Indonesia terpilih, Prabowo Subianto. Pertemuan ini sangat signifikan mengingat Prabowo sebelumnya menjabat sebagai Menteri Pertahanan saat sejumlah kesepakatan pertahanan besar antara kedua negara ditandatangani. Hal ini menunjukkan komitmen jangka panjang Prancis dalam hubungan pertahanan dengan Indonesia.
Kerja Sama Pertahanan: Pilar Utama Kunjungan Macron
Indonesia dan Prancis akan menandatangani Letter of Intent (LoI) untuk memperdalam kolaborasi di sektor pertahanan. Menteri Pertahanan Indonesia, Sjafrie Sjamsoeddin, mengkonfirmasi rencana ini, menekankan pengembangan kerja sama khususnya untuk alutsista strategis seperti pesawat tempur dan kapal selam. Ini menunjukkan prioritas tinggi yang diberikan kedua negara terhadap modernisasi militer.
Prancis merupakan mitra penting bagi Indonesia di sektor pertahanan. Kesepakatan pertahanan senilai miliaran dolar telah ditandatangani sebelumnya, termasuk pembelian 42 unit pesawat tempur Rafale. Meskipun demikian, penyerahan pesawat masih belum sepenuhnya terealisasi, dengan pengiriman enam unit Rafale yang dijadwalkan baru pada awal 2026.
Tantangan dan Peluang dalam Kerja Sama Pertahanan
Meskipun terdapat kesepakatan besar, beberapa komitmen masih membutuhkan tindak lanjut. Pakar militer menyoroti bahwa Indonesia menunjukkan minat pada alutsista tambahan, namun belum ada kemajuan signifikan. Kejelasan timeline dan mekanisme implementasi kesepakatan menjadi kunci keberhasilan kerja sama ini.
Selain Rafale, Indonesia juga telah menandatangani kesepakatan dengan Naval Group untuk pembelian kapal selam tipe Scorpene dan dengan Thales untuk pembelian radar pengawas udara. Perluasan kerja sama ini menunjukkan diversifikasi kebutuhan alutsista Indonesia dan kepercayaan terhadap teknologi Prancis.
Di Luar Pertahanan: Investasi dan Diplomasi Budaya
Kunjungan Macron juga mencakup aspek ekonomi, dengan kehadiran CEO Eramet, Paulo Castellari. Eramet tengah menjajaki investasi baru di Indonesia, termasuk negosiasi dengan Danantara untuk pengembangan rantai pasokan baterai. Proyek nikel di Weda Bay juga menjadi fokus pembahasan, meskipun Eramet sebelumnya membatalkan proyek serupa dengan BASF.
Indonesia, sebagai produsen nikel terbesar dunia, menghadapi tantangan dalam mengelola sumber daya alamnya. Pembatasan produksi pemerintah menjadi pertimbangan bagi investor asing seperti Eramet. Kunjungan ini diharapkan dapat menghasilkan solusi yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak.
Diplomasi Budaya dan Sambutan Hangat
Kedatangan Macron dan Ibu Negara Brigitte Macron disambut dengan upacara kehormatan dan penampilan tari tradisional Nandak Ajer, sebagai simbol sambutan budaya Indonesia. Hal ini menunjukkan upaya Indonesia dalam memperkuat hubungan bilateral tidak hanya secara politik dan ekonomi, tetapi juga secara kultural.
Kunjungan Macron ke Akademi Militer di Magelang juga mencerminkan komitmen terhadap peningkatan kapasitas sumber daya manusia. Tinjauan fasilitas pendidikan bahasa Prancis di sana menunjukkan upaya untuk memperkuat kerja sama pendidikan dan pertukaran budaya.
Secara keseluruhan, kunjungan Emmanuel Macron ke Indonesia menandai babak baru dalam hubungan bilateral kedua negara. Fokus pada kerja sama pertahanan, investasi strategis, dan diplomasi budaya menunjukkan komitmen jangka panjang dan saling menguntungkan bagi Indonesia dan Prancis.
Tinggalkan komentar