PSSI resmi menunjuk Simon Tahamata sebagai Kepala Pemandu Bakat sepak bola nasional. Langkah ini merupakan bagian dari strategi PSSI untuk memperkuat Timnas Indonesia menuju Piala Dunia 2026, khususnya dengan membidik talenta diaspora.
Simon Tahamata, kelahiran Vught, Belanda, 26 Mei 1956, bukanlah nama asing di kancah sepak bola Eropa. Mantan pemain Ajax Amsterdam dan Timnas Belanda ini memiliki darah Maluku dan dikenal sebagai winger lincah dan kreatif di masanya. Kiprahnya di dunia sepak bola internasional menjadikannya sosok yang tepat untuk memimpin pencarian bakat muda.
Karier Cemerlang Simon Tahamata
Karier profesional Tahamata dimulai di Ajax Amsterdam pada 1976. Selama empat musim, ia mencatatkan 149 penampilan, mencetak 17 gol dan 33 assist. Bersama Ajax, ia meraih tiga gelar Liga Belanda, satu Piala KNVB, dan membawa tim mencapai semifinal Piala Eropa (sekarang Liga Champions).
Pada 1980, ia bergabung dengan Standard Liege di Belgia. Di sana, ia mencetak 40 gol dari 129 pertandingan dan meraih dua gelar Liga Belgia, satu Piala Belgia, dan menjadi finalis Piala Winners. Prestasi gemilang ini bahkan membuatnya dianugerahi penghargaan Man of the Season dan Belgian Fair Play Award.
Setelah Standard Liege, Tahamata melanjutkan kariernya di Feyenoord dan beberapa klub Belgia lainnya sebelum pensiun pada 1996. Dedikasi dan pengalamannya yang luas di sepak bola Eropa menjadikannya aset berharga bagi PSSI.
Pasca Pensiun dan Pengalaman di Pembinaan
Setelah pensiun sebagai pemain, Tahamata tidak meninggalkan dunia sepak bola. Ia meniti karier sebagai pelatih di akademi-akademi ternama seperti Ajax Amsterdam, Standard Liege, Germinal Beerschot, dan Al Ahli Arab Saudi. Pengalamannya membina pemain muda menjadikannya sosok yang tepat untuk memimpin program pencarian bakat.
Sejak 2015, ia mendirikan Simon Tahamata Soccer Academy, sebuah akademi yang fokus pada pembinaan talenta muda. Komitmennya yang konsisten dalam pembinaan inilah yang membuat PSSI yakin akan kemampuannya untuk memimpin program pemandu bakat nasional.
Harapan PSSI terhadap Simon Tahamata
PSSI berharap Tahamata dapat mendeteksi dan merekrut talenta muda potensial, baik dari dalam negeri maupun diaspora Indonesia di Eropa, khususnya Belanda. Kerjasama dengan Patrick Kluivert dan staf teknis lainnya di Indonesia diharapkan dapat menghasilkan sinergi yang positif.
Tahamata sendiri telah mengkonfirmasi keterlibatannya dan menyatakan antusiasmenya untuk bekerja sama dengan tim pelatih Timnas Indonesia. Ia berkomitmen untuk memberikan kontribusi terbaiknya bagi kemajuan sepak bola Indonesia.
Pengakuan dan Penghormatan di Ajax Amsterdam
Simon Tahamata masih dihormati dan dikenang di Ajax Amsterdam. Pada 3 Maret 2025, klub memberikan penghormatan khusus kepadanya di Johan Cruyff Stadium. Momen emosional ini menunjukkan betapa besar kontribusi dan pengaruhnya terhadap klub tersebut.
Kedatangan Tahamata ke Indonesia di akhir Mei 2025 ditunggu-tunggu. Pengalaman dan reputasinya yang mumpuni diyakini akan memberikan dampak positif bagi Timnas Indonesia dalam pencarian dan pengembangan talenta muda.
Profil Singkat Simon Melkianus Tahamata
Data Pribadi
Nama Lengkap: Simon Melkianus Tahamata
Tempat/Tanggal Lahir: Vught, Belanda / 26 Mei 1956
Tinggi Badan: 1,64 meter
Keturunan: Maluku, Indonesia
Karier Bermain
- Ajax Amsterdam (1976–1980)
- Standard Liege (1980–1984)
- Feyenoord (1984–1987)
- Beerschot (1987–1990)
- Germinal Ekeren (1990–1996)
- Timnas Belanda (1979–1986), 22 penampilan, 2 gol
Karier Kepelatihan
- Ajax Amsterdam (akademi)
- Standard Liege (akademi)
- Beerschot (akademi)
- Al Ahli (akademi dan junior)
Dengan pengalaman dan rekam jejaknya yang luar biasa, Simon Tahamata diharapkan mampu membawa perubahan signifikan dalam pembinaan sepak bola Indonesia dan membantu Timnas Indonesia mencapai targetnya di Piala Dunia 2026.