Bidan Seberangi Sungai Demi Nyawa Ibu Melahirkan: Infrastruktur Kesehatan Mana?

News76 Dilihat

Bidan Dona Lubis, Pahlawan di Tengah Arus Sungai Batang Pasaman

Di Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat, kisah heroik seorang bidan bernama Dona Lubis (46) menyita perhatian publik. Aksi Dona menyeberangi Sungai Batang Pasaman yang deras untuk mengantarkan obat kepada pasien TBC di pedalaman desa viral di media sosial. Video tersebut memperlihatkan perjuangannya yang luar biasa melewati aliran sungai yang deras tanpa jembatan.

Kejadian ini bermula dari putusnya jembatan penghubung sepanjang 15 meter pada 1 Agustus 2025. Putusnya jembatan ini menyebabkan akses ke Kejorongan Sinuangon, Nagari Cubadak Barat terputus total. Namun, halangan tersebut tak menyurutkan semangat Dona untuk tetap memberikan pelayanan kesehatan kepada pasiennya.

Bagi Dona, rintangan adalah bagian tak terpisahkan dari tugasnya sebagai bidan. Dedikasi dan keberaniannya tersebut mendapatkan apresiasi luas dari masyarakat. Kisah ini bahkan sampai ke telinga Ketua DPR RI, Puan Maharani.

Puan Maharani menyampaikan kekagumannya terhadap keberanian Dona Lubis. Namun, ia juga menekankan bahwa aksi heroik ini seharusnya tidak menutupi realita kurangnya akses kesehatan dan infrastruktur di daerah terpencil.

“Akses kesehatan yang setara dan aman adalah hak setiap warga negara, yang semestinya menjadi tanggung jawab negara,” tegas Puan Maharani pada Rabu, 6 Agustus 2025. Pernyataan Puan ini menyoroti pentingnya pemerataan pembangunan di Indonesia.

Lebih lanjut, Puan Maharani melihat kejadian ini sebagai refleksi nyata masih banyaknya wilayah yang terisolir dan kekurangan infrastruktur memadai. Ia mendorong pemerintah untuk memaksimalkan pemerataan pembangunan di seluruh Indonesia.

Putusnya akses infrastruktur, seperti jembatan, bukan hanya mengganggu distribusi logistik, tetapi juga berpotensi mengancam keselamatan jiwa manusia. Kejadian ini menunjukkan betapa pentingnya infrastruktur yang handal dalam menunjang akses pelayanan kesehatan, terutama di daerah terpencil.

“Ini bukan soal satu bidan atau satu pasien. Ini soal sistem. Soal keadilan pembangunan. Harus dipastikan bahwa infrastruktur dan kesehatan menyentuh wilayah paling membutuhkan,” sambung Puan Maharani. Pernyataan ini menekankan pentingnya membangun sistem yang adil dan memastikan akses kesehatan bagi semua warga negara.

Kasus Dona Lubis juga menyoroti perlunya peningkatan kualitas infrastruktur di daerah terpencil. Pembangunan jembatan dan perbaikan akses jalan merupakan langkah krusial untuk menjamin aksesibilitas layanan kesehatan di wilayah tersebut. Selain itu, perlu adanya program pelatihan dan peningkatan kapasitas bagi tenaga kesehatan di daerah terpencil.

Pemerintah perlu melakukan evaluasi menyeluruh terhadap infrastruktur di seluruh Indonesia, terutama di daerah terpencil dan rawan bencana. Hal ini penting untuk mencegah kejadian serupa terulang dan memastikan pelayanan kesehatan dapat diakses oleh seluruh masyarakat Indonesia tanpa hambatan. Kisah Dona Lubis seharusnya menjadi pengingat pentingnya pembangunan infrastruktur yang merata dan berkelanjutan.