Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, secara tegas membantah ambisi untuk menjadi Gubernur Jakarta. Fokusnya saat ini sepenuhnya tertuju pada penyelesaian berbagai permasalahan di Jawa Barat. Pernyataan ini disampaikan langsung oleh Dedi Mulyadi dalam podcast Deddy Corbuzier yang diunggah di YouTube pada Selasa (5/8).
“Konten itu jangan kan jadi kendaraan politik, kendaraan bisnis aja bisa. Ya saya pokoknya hari ini saya berfokus pada menyelesaikan seluruh problematika Jabar,” ujar Dedi Mulyadi. Ia menekankan komitmennya untuk menyelesaikan masalah di Jawa Barat terlebih dahulu.
Dedi Mulyadi juga menyatakan tidak memiliki cita-cita untuk memimpin Jakarta. “Bahkan saya nggak punya cita-cita jadi gubernur Jakarta. Nggak punya. Gubernur Jawa Barat aja,” tambahnya. Meskipun demikian, ia tak menutup kemungkinan akan datang. Semua hal tetap terbuka dalam perjalanan hidup, termasuk peluang menjadi Gubernur Jakarta.
“Ya nanti gimana nanti aja. Setiap hidup kan ada kemungkinan,” jelasnya. Sikapnya yang realistis ini menunjukkan kedewasaan dalam menyikapi politik.
Namun, Dedi Mulyadi mengaku heran dengan fenomena yang dialaminya. Sebagai Gubernur Jawa Barat yang sering berinteraksi dengan masyarakat menggunakan bahasa Sunda di daerah-daerah, justru serangan yang diterimanya seringkali datang dari warga Jakarta.
“Tapi yang nyerangnya dong misalnya Jakarta semua. Kayaknya saya ini menarik,” ungkap mantan Bupati Purwakarta tersebut. Hal ini mengindikasikan pengaruh media sosial dan popularitasnya yang meluas.
Lebih lanjut, ia menjelaskan kesuksesan konten-konten yang diunggahnya di media sosial. Konten tersebut seringkali mendapatkan banyak penonton dan respon positif dari masyarakat. Ini berbeda dengan beberapa politisi yang menggunakan Dinas Informasi dan Komunikasi namun kontennya kurang mendapat perhatian.
“Tinggal persoalannya ada yang nonton dan ada yang nggak nonton. Kalau nggak ada yang nonton jangan marah ke saya dong. Marahin tuh Dinas Informasi Komunikasinya Kenapa kontennya tidak ada yang nonton?,” tegasnya. Hal ini menyoroti pentingnya strategi komunikasi yang efektif, bukan hanya bergantung pada sumber daya pemerintah.
Dedi Mulyadi menegaskan bahwa ia tidak pernah melibatkan Dinas Informasi dan Komunikasi dalam pembuatan kontennya. Menurutnya, media sosial yang ia gunakan sudah cukup efektif untuk menyampaikan gagasan kepada masyarakat.
Ia juga menambahkan bahwa seringkali media mainstream menggunakan kontennya sebagai bahan berita. Hal ini justru sangat membantunya dalam penyampaian informasi kepada publik yang lebih luas.
“Ya Alhamdulillah kita dibantu. Ada yang bantu, ada yang menjerumuskan. Tapi yang menjerumuskan juga kan yang nontonnya tetap banyak, yang komennya banyak positifnya,” tutupnya. Sikap positif dan bijaknya dalam menghadapi beragam respon publik patut diapresiasi.
Pernyataan Dedi Mulyadi ini menunjukkan bahwa ia adalah seorang pemimpin yang fokus dan pragmatis. Ia tidak terjebak dalam ambisi politik semata, melainkan berorientasi pada kinerja dan pelayanan kepada masyarakat Jawa Barat. Penggunaan media sosial yang efektif juga menjadi salah satu kunci keberhasilannya dalam menyampaikan informasi dan gagasan. Ke depannya, menarik untuk melihat bagaimana strategi komunikasi dan kepemimpinannya akan terus berkembang.