Mardani: Pemerintah Diminta Tak Reaktif, Fokus Dengarkan Aspirasi Rakyat soal One Piece

News80 Dilihat

Anggota Komisi II DPR RI Fraksi PKS, Mardani Ali Sera, memberikan tanggapan bijak terkait fenomena pengibaran bendera One Piece menjelang HUT ke-78 Kemerdekaan RI. Ia mengimbau pemerintah untuk tidak bereaksi secara gegabah dan mempertimbangkan konteksnya. Mardani menekankan pentingnya melihat fenomena ini di era digital yang penuh akses informasi.

“Di era digital semua punya akses pada informasi. Makanya *ojo kesusu* (jangan terburu-buru) menyimpulkan. Jangan cepat menilai itu buruk,” ujar Mardani kepada wartawan. Pernyataan ini mencerminkan sikap kehati-hatian dan ajakan untuk tidak langsung mencap negatif tindakan tersebut.

Fenomena pengibaran bendera Jolly Roger, simbol bajak laut dalam anime One Piece, mencuat setelah sejumlah warga mengibarkannya di rumah dan kendaraan. Bendera bergambar tengkorak dan tulang bersilang ini dinilai sebagian masyarakat sebagai ekspresi kekecewaan terhadap situasi sosial dan politik. Kecemasan dan ketidakpuasan ini menjadi latar belakang aksi tersebut. Penting untuk memahami akar permasalahan yang memicu ekspresi tersebut.

Sikap kontra justru muncul dari Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Polkam), Budi Gunawan, yang menganggapnya sebagai provokasi dan upaya merendahkan simbol negara. Pernyataan ini menandakan perbedaan sudut pandang dalam merespon fenomena ini. Penting adanya dialog untuk mencari titik temu.

Namun, Mardani Ali Sera melihat generasi muda saat ini cerdas dan peka sosial. Ia mengajak pemerintah merespon dengan empati, bukan reaktif. “Harus ada hati terbuka bahwa rakyat itu cerdas dan punya hati. Bisa jadi ada pesan yang ingin disampaikan. *Mesti ngaji rasa*. Jangan merasa pintar, tapi seharusnya adalah pintar merasa,” tegasnya.

Mardani menilai tindakan tersebut tidak mengancam dan tidak perlu dibesar-besarkan. Ia mengajak semua pihak melihatnya sebagai bentuk komunikasi antara masyarakat dan negara. “Nikmati aja. Kadang cuma perlu didekati dan didengar. Nanti akan kembali,” imbuhnya. Sikap ini menekankan pentingnya dialog dan mendengarkan aspirasi rakyat.

Menurutnya, selama tidak disertai kekerasan atau anarkisme, ekspresi seperti itu sah dalam negara demokratis. Ia juga menegaskan tidak ada pelanggaran hukum dalam aksi tersebut. “Nggak melanggar hukum. Kadang anak itu berulah karena kurang perhatian. Kasih perhatian saja nanti kembali dekat,” jelasnya. Pernyataan ini menekankan perlunya pendekatan persuasif dan pemahaman.

Mardani menekankan pentingnya merangkul kreativitas dan kritik masyarakat, selama masih dalam koridor damai. Ia melihat kreativitas sebagai hal positif, dan kritik sebagai bagian penting dari proses demokrasi. “Saat ini memang zamannya masyarakat semakin kreatif. Dan kan sebenarnya bagus kalau punya rakyat yang kritis. Yang penting kita bisa menjaga bersama, dan tidak boleh ada aksi anarkis,” tutupnya.

Perlu diingat bahwa fenomena ini juga perlu dikaji dari berbagai perspektif, meliputi sosiologi, psikologi, dan ilmu komunikasi. Mempelajari lebih dalam tentang arti simbol bendera One Piece bagi pengibarnya dapat membantu memahami pesan yang ingin disampaikan. Pemerintah juga perlu mempertimbangkan strategi komunikasi yang lebih efektif untuk menangani ekspresi kecewaan masyarakat. Bukan hanya reaksi tegas, tapi juga upaya untuk mendengarkan dan mencari solusi atas permasalahan yang mendasari aksi tersebut.