Program Makan Bergizi Gratis (MBG): Upaya Pemerintah Atasi Malnutrisi di Indonesia
Pemerintah Indonesia meluncurkan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) sebagai respons terhadap permasalahan malnutrisi yang cukup memprihatinkan. Data tahun 2022 menunjukkan angka yang mengkhawatirkan: 32 persen anak Indonesia mengalami anemia, 41 persen tidak sarapan, dan 58 persen memiliki pola makan tidak sehat. Kelompok rentan, terutama anak–anak di fase pertumbuhan emas, paling terdampak.
Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan, Budi Gunawan, menjelaskan bahwa MBG bertujuan mengatasi kekurangan gizi, kelebihan gizi, dan kekurangan zat gizi mikro. Program ini menargetkan anak sekolah, balita, ibu hamil dan menyusui, serta santri di pesantren dan sekolah keagamaan.
“Data tahun 2022 mencatat bahwa 32 persen anak Indonesia mengalami anemia, 41 persen tidak sarapan, dan 58 persen memiliki pola makan tidak sehat, terutama pada kelompok rentan di fase emas pertumbuhan,” ujar Budi Gunawan pada Selasa, 5 Agustus 2025.
Hingga akhir Juli 2025, MBG telah menjangkau 7.374.135 penerima manfaat melalui 2.375 dapur komunitas gizi (SPPG) yang aktif. Presiden Prabowo menargetkan program ini akan menjangkau 20 juta penerima manfaat sebelum 17 Agustus 2025, dan mencapai 82,9 juta penerima pada akhir tahun. Sasaran yang sangat ambisius ini menunjukan komitmen pemerintah dalam mengatasi masalah gizi di Indonesia.
Selain menyediakan makanan bergizi, MBG juga memberikan dampak positif pada perekonomian. Program ini telah menciptakan lebih dari 100.000 lapangan kerja baru dan melibatkan UMKM, petani, nelayan, dan koperasi lokal. Dengan demikian, MBG tidak hanya mengatasi masalah gizi tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi di tingkat lokal.
Menu MBG dirancang berdasarkan prinsip ‘Isi Piringku’ dan memenuhi 25–35 persen kebutuhan gizi harian. Setiap dapur SPPG mampu melayani rata-rata 3.000 orang per hari. Transparansi dan akuntabilitas program dijamin melalui pengawasan langsung dari Badan Gizi Nasional, pemerintah daerah, dan sistem digital nasional.
“Program ini adalah strategi menyeluruh untuk membangun kualitas sumber daya manusia Indonesia sejak dini,” tambah Budi Gunawan.
Beliau juga menekankan pentingnya ketahanan gizi sebagai fondasi ketahanan nasional. Dengan terpenuhinya kebutuhan gizi anak-anak, diharapkan mereka dapat tumbuh sehat dan cerdas, sehingga masa depan bangsa lebih terjamin.
“Ini adalah bentuk nyata kehadiran negara dalam memastikan tidak ada anak Indonesia yang tertinggal karena kelaparan atau gizi buruk,” tegas Menteri Budi Gunawan.
MBG juga memberikan dampak positif pada ketahanan ekonomi rumah tangga. Program ini mengurangi beban pengeluaran rumah tangga untuk makanan bergizi, menciptakan lapangan kerja, dan menstabilkan harga pangan melalui pembelian langsung dari produsen lokal. Hal ini menunjukkan sinergi yang baik antara program kesejahteraan sosial dan pembangungan ekonomi.
Kesimpulannya, Program Makan Bergizi Gratis merupakan langkah strategis pemerintah untuk mengatasi masalah malnutrisi di Indonesia. Program ini tidak hanya fokus pada aspek kesehatan dan gizi, tetapi juga berdampak positif pada perekonomian dan pemberdayaan masyarakat. Keberhasilan program ini akan menjadi kunci dalam membangun sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas dan masa depan bangsa yang lebih cerah.