Ribuan Anak di Grobogan Belum Kembali ke Sekolah di Tahun Ajaran Baru
Tahun ajaran baru 2025/2026 telah dimulai. Namun, ironisnya, ribuan anak di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, masih belum merasakan bangku sekolah. Data terbaru per pekan pertama Agustus 2025 menunjukkan angka yang mengkhawatirkan: 11.778 anak tercatat sebagai Anak Tidak Sekolah (ATS). Angka ini didapatkan setelah dilakukan pemutakhiran data pasca-tahun ajaran baru dimulai.
Kepala Bidang PAUD dan Pendidikan Nonformal Dinas Pendidikan Grobogan, Sutomo, menjelaskan bahwa upaya pengentasan ATS telah dilakukan. Akan tetapi, hasilnya belum optimal. Program yang telah berjalan pun masih belum memberikan dampak yang signifikan.
“Sejak Mei 2024, Grobogan menjadi daerah pilot project kerja sama UNICEF dan Pusdatin Kemendikbudristek untuk pemetaan dan intervensi ATS di enam desa. Dari situ, kami menemukan 18.054 anak masuk kategori ATS,” ungkap Sutomo pada Jumat, 8 Agustus 2025.
Dari program tersebut, 4.356 anak berhasil kembali bersekolah. Namun, masih ada 13.697 anak yang membutuhkan intervensi lebih lanjut. Satu anak lainnya belum dapat diverifikasi kondisinya. Meskipun jumlah ATS menurun setelah program uji coba, penurunan tersebut belum signifikan.
Penyebab tingginya angka ATS di Grobogan cukup kompleks. Berbagai faktor saling terkait, mulai dari kondisi ekonomi keluarga yang kurang mampu, masalah sosial di masyarakat, hingga kendala administrasi kependudukan. Sutomo menekankan perlunya kerjasama lintas sektor untuk mengatasi permasalahan ini secara efektif.
“Masalah ATS bukan hanya urusan pendidikan. Harus ada kolaborasi antara Dinas Pendidikan, Dinsos, Dispermades, Dispendukcapil, Bappeda, dan pihak lain. Kalau tidak, sulit untuk menurunkan angka ini secara drastis,” tegas Sutomo. Ia menyadari bahwa penanganan masalah ini memerlukan pendekatan yang komprehensif dan terintegrasi.
Hingga saat ini, koordinasi lintas sektor yang intensif pasca program pilot project belum terlihat secara nyata. Hal ini menjadi tantangan tersendiri dalam upaya menekan angka ATS di Grobogan. Keberhasilan program ini bergantung pada sinergi dan komitmen berbagai pihak untuk bekerja sama.
Dinas Pendidikan Grobogan berharap, dengan data yang semakin akurat, Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait dapat segera mengambil langkah konkret. Langkah-langkah tersebut perlu dilakukan secara sistematis dan tepat sasaran untuk membantu anak-anak Grobogan mendapatkan hak pendidikannya. Perlu ada strategi yang lebih terarah dan terukur untuk mengatasi akar permasalahan ATS.
Lebih jauh, perlu diteliti faktor-faktor utama penyebab ATS di Grobogan. Apakah ada hambatan aksesibilitas ke sekolah? Apakah ada stigma sosial yang menghambat anak-anak untuk bersekolah? Atau apakah ada faktor budaya yang perlu diperhatikan? Pemahaman yang komprehensif mengenai akar masalah ini sangat penting untuk merumuskan solusi yang efektif dan berkelanjutan.
Selain itu, perlu adanya evaluasi berkala terhadap program-program yang telah berjalan. Evaluasi ini penting untuk melihat sejauh mana program tersebut efektif dan efisien dalam mengurangi angka ATS. Data dan informasi yang akurat sangat dibutuhkan untuk membuat kebijakan yang tepat. Dengan begitu, intervensi yang diberikan bisa lebih terarah dan memberikan dampak yang signifikan.