Strategi Jitu Raih Keuntungan Maksimal di Pasar Saham Global

Mais Nurdin

28 Mei 2025

4
Min Read

Menangis adalah bahasa utama bayi untuk menyampaikan ketidaknyamanan, mulai dari lapar dan lelah hingga rasa sakit. Salah satu situasi yang kerap membuat orangtua cemas adalah ketika bayi menangis saat buang air besar (BAB). Kondisi ini bisa mengindikasikan berbagai masalah, mulai dari yang ringan hingga yang memerlukan penanganan medis segera.

Penyebab Bayi Menangis Saat BAB

Bayi menangis saat BAB bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Penyebabnya beragam, dari yang ringan dan bersifat sementara hingga masalah kesehatan yang serius membutuhkan penanganan medis.

1. Dischezia pada Bayi (Infant Dyschezia)

Dischezia adalah kondisi umum pada bayi di bawah 6 bulan. Bayi akan menangis dan mengejan selama 10-30 menit sebelum akhirnya mengeluarkan tinja yang normal dan lunak. Ini terjadi karena bayi kesulitan mengontrol peningkatan tekanan perut dengan relaksasi otot dasar panggul.

Meskipun terlihat mengejan dan kesakitan, kondisi ini umumnya tidak berbahaya dan sembuh sendiri seiring pertumbuhan bayi. Tidak perlu penanganan khusus kecuali jika disertai gejala lain.

2. Konstipasi (Sembelit)

Konstipasi ditandai dengan tinja keras dan kering, menyebabkan bayi mengejan, menangis, dan tampak kesakitan saat BAB. Kondisi ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk perubahan pola makan, dehidrasi, atau kurangnya serat.

Pada bayi yang sudah mulai MPASI (Makanan Pendamping ASI), konstipasi bisa terjadi karena kurangnya asupan cairan atau serat yang cukup. Perhatikan jenis dan jumlah makanan yang diberikan.

3. Gas atau Kolik

Kolik menyebabkan bayi menangis tanpa alasan yang jelas, termasuk saat atau setelah BAB. Penyebab pasti kolik masih belum diketahui, namun diduga terkait dengan penumpukan gas dalam perut bayi.

Penumpukan gas ini membuat bayi merasa tidak nyaman, kembung, dan menangis. Bayi mungkin juga tampak meringis, menarik kaki ke dada, atau menggeliat. Beri bayi kesempatan untuk mengeluarkan gas dengan cara menggendong tegak atau melakukan pijatan lembut.

4. Intususepsi

Intususepsi adalah kondisi serius di mana satu bagian usus masuk ke bagian usus lainnya, menyebabkan penyumbatan. Gejalanya meliputi nyeri perut datang dan pergi, muntah, tinja berdarah, dan bayi menarik lutut ke dada sambil menangis.

Intususepsi memerlukan penanganan medis segera. Jika bayi menunjukkan gejala ini, segera bawa ke dokter atau rumah sakit.

5. Fisura Ani (Robekan pada Anus)

Fisura ani adalah robekan kecil di sekitar anus, sering disebabkan oleh konstipasi atau tinja keras. Kondisi ini menyebabkan rasa sakit saat BAB, membuat bayi menangis.

Selain konstipasi, fisura ani adalah penyebab umum nyeri saat BAB pada bayi. Perawatan biasanya berfokus pada melunakkan tinja untuk mengurangi rasa sakit saat buang air besar.

6. Sensitivitas atau Alergi Makanan

Bayi bisa sensitif atau alergi terhadap komponen dalam susu formula, ASI, atau makanan padat. Ini menyebabkan ketidaknyamanan pencernaan dan tangisan saat BAB.

Gejala alergi makanan pada bayi bisa meliputi BAB berdarah, diare, kembung, kolik, dan nyeri saat BAB. Identifikasi potensi alergen dan konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi.

7. Infeksi Saluran Pencernaan (Gastrointestinal Infections)

Infeksi virus atau bakteri pada saluran pencernaan bisa menyebabkan nyeri perut, diare, muntah, demam, dan darah dalam tinja. Kondisi ini menyebabkan ketidaknyamanan saat BAB dan membuat bayi menangis.

Infeksi saluran pencernaan memerlukan penanganan medis. Berikan banyak cairan dan konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan pengobatan yang tepat.

Cara Mengatasi Bayi Menangis Saat BAB

Cara mengatasi bayi menangis saat BAB tergantung pada penyebabnya. Namun, beberapa penanganan umum bisa dicoba.

Perawatan bergantung pada penyebab yang mendasarinya. Beberapa cara yang bisa dilakukan meliputi pijat lembut pada perut bayi, memberikan mandi air hangat, dan melakukan perubahan pola makan jika bayi sudah mulai MPASI.

  • Pijat dan Gerakan Ringan: Pijat lembut perut bayi atau gerakkan kakinya seperti mengayuh sepeda untuk merangsang pergerakan usus dan mengurangi ketidaknyamanan.
  • Mandi Air Hangat: Mandi air hangat merilekskan otot-otot bayi, mempermudah proses BAB.
  • Perbaikan Pola Makan: Tambahkan buah dan sayuran tinggi serat untuk melunakkan tinja (jika sudah MPASI). Jika masih ASI, ibu perlu memperhatikan asupan makanannya.
  • Pengamatan Tinja dan Frekuensi BAB: Perhatikan konsistensi tinja dan seberapa sering bayi BAB. Apakah keras dan jarang (konstipasi) atau lunak tapi tetap mengejan keras (dischezia)?

Jika bayi menunjukkan gejala lain seperti BAB berdarah, demam, atau muntah, atau jika tangisan terus berlanjut, segera konsultasikan dengan dokter anak.

Konsultasi dengan dokter sangat penting, terutama jika bayi menunjukkan tanda-tanda dehidrasi (mulut kering, air mata sedikit), tinja yang sangat keras atau encer, demam tinggi, dan muntah yang terus menerus. Dokter akan dapat mendiagnosis penyebab pasti dan memberikan pengobatan yang tepat.

Ingat, setiap bayi unik. Apa yang berhasil untuk satu bayi mungkin tidak berhasil untuk bayi lainnya. Tetap tenang, amati bayi Anda dengan seksama, dan jangan ragu untuk mencari bantuan profesional jika diperlukan.

Tinggalkan komentar

Related Post